Mengapa Banyak UMKM Bangkrut? Pentingnya Memahami Keuangan Bisnis



Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah tulang punggung perekonomian Indonesia. Data dari Kementerian Koperasi dan UKM menunjukkan bahwa lebih dari 60% Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia disumbang oleh UMKM, serta sektor ini menyerap lebih dari 90% tenaga kerja nasional. Namun, ironisnya, tidak sedikit UMKM yang harus gulung tikar sebelum berkembang lebih jauh.

Salah satu penyebab utamanya adalah ketidakmampuan dalam mengelola keuangan bisnis. Banyak pelaku UMKM terlalu fokus pada penjualan, promosi, atau produksi, tetapi melupakan manajemen keuangan yang justru menjadi kunci keberlanjutan usaha.

Artikel ini akan membahas secara mendalam mengapa banyak UMKM bangkrut dan bagaimana pemahaman keuangan dapat menjadi penentu sukses atau tidaknya sebuah usaha.


Fakta dan Data: Tingkat Kegagalan UMKM di Indonesia

Statistik Keberhasilan dan Kebangkrutan UMKM

Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), sekitar 50% UMKM tidak bertahan lebih dari 5 tahun pertama. Hal ini menunjukkan bahwa risiko kegagalan UMKM masih sangat tinggi. Banyak faktor penyebabnya, mulai dari persaingan pasar hingga perubahan tren konsumen. Namun, masalah keuangan selalu menempati posisi teratas.

Faktor Dominan yang Menyebabkan UMKM Gagal

Beberapa faktor keuangan yang sering menyebabkan UMKM gagal antara lain:

  • Kurangnya pencatatan keuangan sehingga pemilik usaha tidak tahu kondisi sebenarnya.

  • Arus kas negatif karena pengeluaran lebih besar daripada pemasukan.

  • Ketergantungan pada hutang tanpa perencanaan pembayaran yang jelas.

  • Tidak memiliki dana cadangan ketika terjadi krisis atau penurunan penjualan.


Kesalahan Keuangan yang Sering Dilakukan UMKM

Tidak Memisahkan Keuangan Pribadi dan Bisnis

Kesalahan klasik yang sering dilakukan pelaku UMKM adalah mencampur uang usaha dengan uang pribadi. Akibatnya, sulit membedakan apakah bisnis benar-benar untung atau malah merugi. Misalnya, uang hasil penjualan dipakai untuk kebutuhan rumah tangga tanpa pencatatan yang jelas.

Kurang Pencatatan Arus Kas

Banyak UMKM yang hanya mengandalkan ingatan dalam mencatat transaksi. Padahal, tanpa pencatatan arus kas, pemilik usaha akan kesulitan mengetahui berapa besar pemasukan dan pengeluaran setiap bulannya.

Mengabaikan Perencanaan Pajak

Sebagian pelaku UMKM sering menyepelekan pajak. Padahal, kewajiban pajak adalah hal penting yang jika diabaikan bisa menimbulkan masalah hukum dan denda besar di kemudian hari.

Terlalu Bergantung pada Hutang

Mengambil pinjaman usaha memang bisa membantu ekspansi, tetapi tanpa perhitungan yang matang, hutang justru bisa menjadi beban berat. Banyak UMKM yang akhirnya terseret karena bunga pinjaman menumpuk, sementara arus kas tidak mampu menutup cicilan.

Manfaat Memahami Laporan Keuangan Sederhana

Literasi keuangan bukan hanya milik perusahaan besar. UMKM juga perlu memahami laporan keuangan sederhana seperti laba rugi, neraca, dan arus kas. Dengan pemahaman ini, pemilik usaha bisa mengetahui:

  • Apakah bisnis benar-benar menghasilkan keuntungan atau hanya “ramai tapi rugi.”

  • Pos pengeluaran mana yang paling besar dan perlu dikendalikan.

  • Arah strategi usaha ke depan, apakah perlu ekspansi atau justru efisiensi.

Tanpa laporan keuangan, keputusan bisnis sering kali hanya berdasarkan perasaan atau insting, yang tentu berisiko besar.

Peran Edukasi Finansial dalam Keberlangsungan Bisnis

Edukasi finansial membantu pelaku UMKM memahami bahwa uang bukan hanya untuk berputar, tetapi juga untuk dikelola. Dengan literasi keuangan yang baik, pemilik usaha bisa:

  • Membuat target penjualan yang realistis.

  • Menentukan harga jual dengan memperhitungkan semua biaya.

  • Merencanakan tabungan usaha dan investasi untuk pengembangan.

Pemerintah dan lembaga keuangan kini juga banyak menyediakan pelatihan literasi finansial khusus untuk UMKM agar mereka lebih siap menghadapi tantangan.


Prinsip Manajemen Keuangan untuk UMKM yang Sehat

Membuat Anggaran Usaha yang Realistis

Anggaran adalah peta jalan keuangan bagi UMKM. Anggaran yang realistis mencakup:

  • Biaya operasional tetap (sewa, gaji, listrik).

  • Biaya variabel (bahan baku, pengiriman).

  • Pos cadangan untuk kebutuhan darurat.

Dengan anggaran, pemilik usaha bisa mengendalikan pengeluaran agar tidak melebihi pendapatan.

Menyusun Laporan Laba Rugi Sederhana

Tidak perlu rumit, laporan laba rugi UMKM cukup berisi:

  • Total pendapatan (hasil penjualan).

  • Total biaya (produksi + operasional).

  • Laba bersih (pendapatan dikurangi biaya).

Dari laporan sederhana ini, pemilik usaha bisa mengevaluasi apakah strategi bisnis sudah berjalan efektif.

Mengatur Arus Kas Harian dan Bulanan

Arus kas adalah nyawa bisnis. UMKM harus memastikan bahwa uang yang masuk lebih besar atau setidaknya seimbang dengan uang yang keluar. Beberapa tips mengatur arus kas:

  • Pisahkan rekening khusus usaha dan pribadi.

  • Catat semua transaksi sekecil apa pun.

  • Usahakan pembayaran dari pelanggan diterima tepat waktu.


Strategi UMKM dalam Mengelola Modal dan Hutang

Memanfaatkan Modal dengan Bijak

Modal adalah bahan bakar bisnis. Sayangnya, banyak UMKM yang salah mengelola modal, misalnya semua dana digunakan untuk stok barang, padahal operasional sehari-hari juga butuh biaya.

Strategi cerdas: alokasikan modal untuk produksi, pemasaran, dan cadangan operasional secara seimbang.

Kapan Waktu Tepat Menggunakan Pinjaman

Pinjaman tidak selalu buruk, asal digunakan dengan benar. Pinjaman bisa bermanfaat jika:

  • Dipakai untuk ekspansi usaha yang jelas pasarnya.

  • Ada rencana pembayaran yang realistis.

  • Tidak melebihi 30% dari total arus kas bulanan.

Namun, jika pinjaman hanya untuk menutup kerugian tanpa strategi perbaikan, maka hal itu hanya akan memperburuk keadaan.

Persentase Ideal Tabungan Bisnis

Setiap UMKM perlu menyisihkan sebagian keuntungan untuk tabungan bisnis. Idealnya, alokasikan 10–20% dari laba bersih ke dalam tabungan. Dana ini bisa digunakan untuk:

  • Modal ekspansi.

  • Membeli peralatan baru.

  • Menghadapi musim sepi penjualan.

Dengan disiplin menabung, UMKM bisa bertahan tanpa selalu bergantung pada pinjaman.

Pentingnya Dana Cadangan saat Krisis

Krisis ekonomi bisa datang tiba-tiba—seperti pandemi COVID-19 yang membuat banyak UMKM terpukul. UMKM yang memiliki dana darurat bisnis setara 3–6 bulan operasional umumnya lebih mampu bertahan. Dana darurat ini bisa digunakan untuk membayar gaji karyawan, sewa tempat, dan biaya pokok lainnya meski pemasukan menurun drastis.


Peran Teknologi dalam Mengelola Keuangan UMKM

Aplikasi Pencatat Keuangan untuk UMKM

Teknologi kini memudahkan UMKM dalam pencatatan keuangan. Beberapa aplikasi populer yang bisa digunakan antara lain:

  • Jurnal.id → cocok untuk laporan keuangan otomatis.

  • Mokapos → aplikasi kasir sekaligus pencatat transaksi.

  • Finansialku → membantu perencanaan dan budgeting usaha.

Dengan aplikasi ini, UMKM tidak perlu lagi bergantung pada catatan manual yang rawan hilang dan tidak akurat.

Digitalisasi Sistem Pembayaran

Digitalisasi pembayaran seperti QRIS, e-wallet, dan transfer online membuat arus kas lebih transparan. Selain memudahkan pelanggan, sistem ini juga membantu pemilik usaha melacak transaksi secara real time.


Studi Kasus: UMKM yang Bangkit Karena Disiplin Keuangan

Sebuah contoh nyata datang dari UMKM kuliner di Yogyakarta. Saat pandemi, omzet menurun hingga 60%. Namun, karena pemiliknya telah disiplin mencatat keuangan dan memiliki dana darurat, mereka tetap bisa membayar karyawan dan bertahan. Bahkan, dengan strategi digital marketing sederhana, omzet kembali naik.

Pelajaran dari kasus ini: disiplin keuangan bisa menjadi pembeda antara UMKM yang tumbang dan yang bertahan.


Rekomendasi Tools dan Sumber Belajar Keuangan untuk UMKM

Untuk meningkatkan literasi keuangan, UMKM bisa memanfaatkan:

  • Sikapi Uangmu (OJK) → edukasi finansial resmi dari pemerintah.

  • Google Primer → aplikasi gratis untuk belajar bisnis dan keuangan.

  • Pelatihan UMKM Bank Indonesia & Kemenkop UKM → tersedia online maupun offline.


FAQ: Pertanyaan Umum UMKM tentang Keuangan Bisnis

1. Apa penyebab utama UMKM bangkrut?
Mayoritas karena manajemen keuangan yang buruk, seperti tidak memisahkan keuangan pribadi dan usaha.

2. Bagaimana cara sederhana mengatur keuangan UMKM?
Mulai dari mencatat semua transaksi, membuat laporan laba rugi, dan mengatur arus kas.

3. Apakah UMKM wajib membayar pajak?
Ya, UMKM wajib membayar pajak sesuai regulasi, misalnya PPh Final 0,5% dari omzet.

4. Bagaimana cara menentukan harga jual produk yang benar?
Hitung semua biaya produksi + operasional, lalu tambahkan margin keuntungan yang wajar.

5. Apakah perlu membuat rekening khusus untuk usaha?
Sangat perlu, agar keuangan bisnis tidak bercampur dengan pribadi.

6. Apakah UMKM harus menggunakan software akuntansi?
Tidak wajib, tapi sangat membantu agar laporan lebih akurat dan efisien.


Kesimpulan: UMKM Harus Faham Keuangan agar Tidak Bangkrut

Kebangkrutan UMKM sering kali bukan karena kurangnya pelanggan, tetapi karena manajemen keuangan yang buruk. Mulai dari mencampur uang pribadi dan usaha, tidak membuat pencatatan, hingga salah mengelola hutang.

Dengan memahami dasar-dasar keuangan, menyusun laporan sederhana, menabung, serta memanfaatkan teknologi, UMKM dapat bertahan bahkan di masa krisis.

Intinya, UMKM harus faham keuangan agar tidak bangkrut. Disiplin keuangan adalah kunci untuk berkembang, bertahan, dan menjadi motor penggerak ekonomi bangsa.


Posting Komentar untuk "Mengapa Banyak UMKM Bangkrut? Pentingnya Memahami Keuangan Bisnis"

Pasang Iklan Di Sini
Cuma 5k / bulan
📞 0851-5549-9499
Pasang Iklan Di Sini
Cuma 5k / bulan
📞 0851-5549-9499
Pasang Iklan Di Sini
Cuma 5k / bulan
📞 0851-5549-9499